BER Budaya Belajar Menari
Belajar Menari di Omah Kecebong mengajak pengunjung merasakan keindahan gerak tari Jawa yang lembut dan penuh makna. Dengan bimbingan penari berpengalaman, peserta diajak memahami filosofi di balik setiap gerakan, membentuk koneksi antara tubuh, jiwa, dan budaya leluhur.
Beksan Wanara
Beksan Wanara yang sering disebut tari kethekan merupakan tarian klasik Keraton Yogyakarta. Beksan dalam Bahasa Jawa berarti tarian, sedangkan Wanara dalam bahasa Sansekerta berarti manusia berekor monyet (Anoman). Tari Beksan Wanara berkisah tentang Subali dan Sugriwa yang diutus Dewa untuk menyelamatkan Dewi Tara dari cengkeraman Mahesasura dan Lembusura. Subali dan Sugriwa merupakan manusia setengah kera sedangkan Dewi Tara adalah putri Dewa Indra. Untuk menghadapi Mahesasura dan Lembusura yang terkenal akan kesaktiannya, para Dewa memberikan Aji Pancasona kepada Subali untuk menyelamatkan Dewi Tara. Koreografer untuk flash mop Beksan Wanara tersebut adalah Pulung Jati Ronggomurti. Flash Mop Beksan Wanara diistilahkan sebagai tradisi, keseharian yang bercampur dengan zaman modern. Hal tersebut sebagai metode untuk mengenalkan ke kaum milenial melalui pendekatan kesenian. Busana yang dikenakan para pemuda tersebut bukanlah busana tradisional seperti yang didapati pada cerita wayang.
Melainkan pakaian kasual namun gerakan tariannya tetap memakai tarian tradisional. Komposisi flash mop Beksan Wanara telah disusun ulang karena melibatkan penari dengan jumlah banyak serta arah hadap non konvensional tidak tapal kuda atau harus menghadap penonton.

” Di Flash mop ini sang Anoman, memberikan keris untuk pemimpin pasukan dan menerima topeng kera yang telah diberikan Ajian untuk memimpin pasukan menari bersama.”
Ayun-Ayun
Sebenarnya Tari Golek Ayun Ayun adalah sebuah tarian yang menceritakan tentang Pencarian Jati Diri Gadis Yogyakarta Menuju Kedewasaan. Makna Tari Golek Ayun-ayun adalah suatu tarian yang merepresentasikan seorang gadis Jawa yang beranjak dewasa yang sudah mulai senang untuk berdandan dan merias diri. Kata “Golek” dalam Bahasa Jawa merupakan istilah yang memiliki arti “mencari” . Kata “mencari” disini memiliki maksud mencari suatu jatidiri yang sebenarnya dari seorang remaja yang akan memasuki masa dewasa.
Tari Golek Ayun Ayun diciptakan pada tahun 1976 oleh seorang pakar tari tradisional Jawa yaitu KRT. Sasminta Mardawa, yang memiliki nama asli Soemardjono atau akrab dipanggil Romo Sas. Mpu. Nama Tari Golek Ayun Ayun diambil dari gending Landrang Ayun-ayun biasanya dipertunjukan untuk menyambut tamu kehormatan. Tari Golek Ayun Ayun telah resmi menjadi materi pembelajaran untuk keluarga kraton di Kridha Mardawa Keraton Yogyakarta. Selain di Keraton, tarian ini juga banyak dipelajari dan ditampilkan di sanggar-sanggar kesenian yang ada di Yogyakarta.
